Kehidupan manusia tak
pernah putus akan sedih, gembira, senang, susah, riang, gundah bahkan marah
serta tak sabar akan sesuatu hal. Di kisahkan sebuah keluarga kecil dengan dua
orang tua sang ayah PNS dan ibu seorang ibu rumah tangga dan empat orang anak sholeh
& sholeha yg hidup dalam kesusahan saat meniti kebahagiaan dengan rumah kontrakan
yang slalu cukup melindungi dari panas_a mentari & hujan yg basah. Perjalanan
hidup beberapa tahun dijalani dengan ikhlas walau terkadang tidak punya makanan
yg enak, cukup nasi dan garam bahkan pernah mengecap di lidah mereka.
Hari demi hari berlalu
dengan indah & sedih hingga saat semua hal itu tlah diatur oleh Allah SWT,
saat dimana rezeki berlimpah didapat sang ayah menjadi pejabat penting di
kota_a, seketika itu pula mereka hidup mewah, apapun yg diminta sang anak slalu
di dapat, susah yg pernah ada hilang karena slalu makan enak berkecukupan. Namun
Allah SWT berkehendak lain atas semua_a.
Anak2 yg baru beranjak
remaja dikejutkan dengan hal yg tak pernah mereka pikirkan sebelumnya, bahwa
jabatan yg tinggi tak dapat bertahan selama masih banyak manusia2 yg iri dan
dengki atas keberuntungan orang tersebut. Kedua orang tua mereka sering
bertengkar, anak2 hanya bisa menangis rintih pilu tanpa tau harus bagaimana
berbuat. Sang kakak menjadi penenang yg mencoba berfikir poasitif bahwa itu
hanya sebentar saja.
Namun semua berlanjut
hingga gugatan cerai oleh sang ayah kepada ibu yg begitu tegar selama
perjalanan hidup selalu mengalah atas semua perlakuan sang ayah tersebut, tekanan
dari pihak ketiga yg suka merusak Rumah Tangga orang hingga sang ayah dapat
bisikan setan berbuat & berkata kasar bahkan memutar balikkan fakta dari
kenyataan yg disebarluaskan ke khalayak teman & saudara, hingga membuat
sang ibu bgitu tertekan batin & fisik_a. Namun sang ibu tak mau menerima
gugatan tersebut dikarenakan anak2 yg akan jadi korban_a.
Apalah daya dan upaya sidang
atas gugatan sudah berjalan berulang selama 3x, yg buat aneh kenapa hakim yg
seharus_a sebagai penengah malah membela si ayah dan mencoba membujuk si ibu
untuk menerima gugatan cerai_a. Seperti tak punya hati nurani si hakim tersebut,
namun sang ibu tetap berteguh hati & tegas tidak mau melakukan cerai itu. Sakit
telah di derita oleh Jasad & Ruh sang ibu. Begitu berat namun sang ibu
terus berjuang demi tegak_a keadilan atas nama Allah SWT.
Anak pertama yg cukup
terpukul memulai aksi_a dengan balap liar, emosi tinggi mencari pelampiasan
amarah yg tak tertahankan karena sang ayah telah merusak keluarga kecil itu. Kemuliaan
dan kehebatan seorang ibu yg lembut menasehati si anak untuk terus bertahan
atas semua ini dengan cara begitu menyentuh hati & jiwa, hingga membuat
anak luluh dan merubah sikap_a yg emosional kembali sholeh. Anak kedua, ketiga
dan keempat hanya dapat memendam sendiri tanpa ingin membagi kepada sang ibu yg
telah hancur lebur dengan cara mereka masing2.
Anak kedua mencoba
menenangkan diri masuk asrama belajar agama untuk dapat melupakan sejenak
masalah yg cukup menyakitkan itu, namun tidak bertahan lama hanya setahun dia
bertahan di asrama tersebut lalu dia memutuskan untuk kluar dan bersekolah
dijalur yg dapat bekerja langsung saat dia tamat kelak, kerja keras, giat
belajar walau fisik_a tidak sempurna banyak kekurangan karna sakit yg
diderita_a saat kecil hingga tua g akan pernah hilang. Anak ketiga dan keempat
hanya memendam dalam jiwa mereka karena tidak ingin melihat sang ibu terus
bersedih, melakukan hal yg sama belajar giat agar tidak dicemooh orang2 yg tak
bertanggungjawab atas tuduhan yg tak beralasan.
Cacian, makian,
cemoohan, gunjingan, penjauhan, penghinaan selalu di lontarkan untuk keempat
anak tersebut yg karena kelakuan sang ayah. Sakit hati teramat sangat diderita
anak2 malang yg tak tau apa salah mereka. Bahkan yg lebih sakit lagi hinaan
tersebut keluar dr saudara2 yg dekat yg seharus_a memberikan support yg baik
agak anak2 tersebut bisa menjalani hidup tanpa rasa takut. Miris memang namun
itulah hidup nak sang ibu berkata dengan ketegaran jiwa yg tersakiti memacu
anak2_a terus berjuang agar tak di sepelekan orang2 yg tak senang dengan
mereka.
Waktu terus berputar
dengan ridho dan berkah sang ILAHI sudah 15 tahun berlalu dari kejadian yg
memilukan itu anak2 yg tak di asuh orang tua lengkap terus menorehkan prestasi
yang gemilang dengan rangkulan ibu mereka yg tak pernah putus asa, tegar serta
tabah dan ikhlas atas semua kejadian yg sangat memilukan itu. Luka yg terkubur
tak akan digali lagi. Senyum sang ibu jadikan semangat buat anak2_a dalam memperjuangkan
hidup yg layak. Mencari nafkah dengan jalan halal demi kebahagiaan sang ibu,
karena tangisan sang ibu bagai bara api yg panas yg siap meledak saat ada orang
yg menghina ibu mereka.
Saat indah pernikahan
anak pertama yg tak putus2 mreka haturkan rasa syukur kepada Allah SWT karena
rezeki & berkah dari-NYA mereka masih terus bertahan hingga saat ini. Dengan
perjuangan panjang berjualan kecil2an dan banyak lainnya usaha yg halal agar
semua kebutuhan terpenuhi dengan hasil yg mereka dapat dibagi dengan ibu dan
keempat anak_a itu. Saat senang anak2 slalu jadikan moment terindah buat ibu
mereka, namun saat sedih hanya mereka yg punya tak mau menambah beban sang ibu
yg sudah terlalu banyak menanggung semua_a sendirian tanpa ada yg membantu
meringankan_a. Sang ibu selalu menasehati anak2_a agar slalu membagi saat
sedikit dan banyak dan slalu bersyukur kepada Allah SWT atas rezeki yg
diberikan_a untuk mereka kapanpun itu. Nasehat yg tak akan lekang hinga akhir
zaman karena kunci hidup itu slalu beribadah kepada-NYA pemilik alam semesta
tak ada yg lain.
Anak2 sholeh &
sholeha itu selalu mendo’akan sang ibu terus sehat, banyak rezeki walau terkadang
susah, selalu sabar serta ikhlas. Karena apa2 yg datang pasti akan pergi,
kehilangan2 yg telah terjadi atau bahkan akan terjadi harus slalu di ambil
hikmah_a dan berfikir positif karna Allah SWT yg punya, bersedih boleh namun
cukup sekedar, do’akan saat di akhirat kelak dapat tersambung kembali dalam
ikatan yg sama dan tak lekang selama2_a.
Insya Allah…. Aamiin
Ya Rabbal Alamin…