Halaman

Selasa, 05 Agustus 2014

K I S A H


Kehidupan manusia tak pernah putus akan sedih, gembira, senang, susah, riang, gundah bahkan marah serta tak sabar akan sesuatu hal. Di kisahkan sebuah keluarga kecil dengan dua orang tua sang ayah PNS dan ibu seorang ibu rumah tangga dan empat orang anak sholeh & sholeha yg hidup dalam kesusahan saat meniti kebahagiaan dengan rumah kontrakan yang slalu cukup melindungi dari panas_a mentari & hujan yg basah. Perjalanan hidup beberapa tahun dijalani dengan ikhlas walau terkadang tidak punya makanan yg enak, cukup nasi dan garam bahkan pernah mengecap di lidah mereka.
Hari demi hari berlalu dengan indah & sedih hingga saat semua hal itu tlah diatur oleh Allah SWT, saat dimana rezeki berlimpah didapat sang ayah menjadi pejabat penting di kota_a, seketika itu pula mereka hidup mewah, apapun yg diminta sang anak slalu di dapat, susah yg pernah ada hilang karena slalu makan enak berkecukupan. Namun Allah SWT berkehendak lain atas semua_a.
Anak2 yg baru beranjak remaja dikejutkan dengan hal yg tak pernah mereka pikirkan sebelumnya, bahwa jabatan yg tinggi tak dapat bertahan selama masih banyak manusia2 yg iri dan dengki atas keberuntungan orang tersebut. Kedua orang tua mereka sering bertengkar, anak2 hanya bisa menangis rintih pilu tanpa tau harus bagaimana berbuat. Sang kakak menjadi penenang yg mencoba berfikir poasitif bahwa itu hanya sebentar saja.
Namun semua berlanjut hingga gugatan cerai oleh sang ayah kepada ibu yg begitu tegar selama perjalanan hidup selalu mengalah atas semua perlakuan sang ayah tersebut, tekanan dari pihak ketiga yg suka merusak Rumah Tangga orang hingga sang ayah dapat bisikan setan berbuat & berkata kasar bahkan memutar balikkan fakta dari kenyataan yg disebarluaskan ke khalayak teman & saudara, hingga membuat sang ibu bgitu tertekan batin & fisik_a. Namun sang ibu tak mau menerima gugatan tersebut dikarenakan anak2 yg akan jadi korban_a.
Apalah daya dan upaya sidang atas gugatan sudah berjalan berulang selama 3x, yg buat aneh kenapa hakim yg seharus_a sebagai penengah malah membela si ayah dan mencoba membujuk si ibu untuk menerima gugatan cerai_a. Seperti tak punya hati nurani si hakim tersebut, namun sang ibu tetap berteguh hati & tegas tidak mau melakukan cerai itu. Sakit telah di derita oleh Jasad & Ruh sang ibu. Begitu berat namun sang ibu terus berjuang demi tegak_a keadilan atas nama Allah SWT.
Anak pertama yg cukup terpukul memulai aksi_a dengan balap liar, emosi tinggi mencari pelampiasan amarah yg tak tertahankan karena sang ayah telah merusak keluarga kecil itu. Kemuliaan dan kehebatan seorang ibu yg lembut menasehati si anak untuk terus bertahan atas semua ini dengan cara begitu menyentuh hati & jiwa, hingga membuat anak luluh dan merubah sikap_a yg emosional kembali sholeh. Anak kedua, ketiga dan keempat hanya dapat memendam sendiri tanpa ingin membagi kepada sang ibu yg telah hancur lebur dengan cara mereka masing2.
Anak kedua mencoba menenangkan diri masuk asrama belajar agama untuk dapat melupakan sejenak masalah yg cukup menyakitkan itu, namun tidak bertahan lama hanya setahun dia bertahan di asrama tersebut lalu dia memutuskan untuk kluar dan bersekolah dijalur yg dapat bekerja langsung saat dia tamat kelak, kerja keras, giat belajar walau fisik_a tidak sempurna banyak kekurangan karna sakit yg diderita_a saat kecil hingga tua g akan pernah hilang. Anak ketiga dan keempat hanya memendam dalam jiwa mereka karena tidak ingin melihat sang ibu terus bersedih, melakukan hal yg sama belajar giat agar tidak dicemooh orang2 yg tak bertanggungjawab atas tuduhan yg tak beralasan.
Cacian, makian, cemoohan, gunjingan, penjauhan, penghinaan selalu di lontarkan untuk keempat anak tersebut yg karena kelakuan sang ayah. Sakit hati teramat sangat diderita anak2 malang yg tak tau apa salah mereka. Bahkan yg lebih sakit lagi hinaan tersebut keluar dr saudara2 yg dekat yg seharus_a memberikan support yg baik agak anak2 tersebut bisa menjalani hidup tanpa rasa takut. Miris memang namun itulah hidup nak sang ibu berkata dengan ketegaran jiwa yg tersakiti memacu anak2_a terus berjuang agar tak di sepelekan orang2 yg tak senang dengan mereka.
Waktu terus berputar dengan ridho dan berkah sang ILAHI sudah 15 tahun berlalu dari kejadian yg memilukan itu anak2 yg tak di asuh orang tua lengkap terus menorehkan prestasi yang gemilang dengan rangkulan ibu mereka yg tak pernah putus asa, tegar serta tabah dan ikhlas atas semua kejadian yg sangat memilukan itu. Luka yg terkubur tak akan digali lagi. Senyum sang ibu jadikan semangat buat anak2_a dalam memperjuangkan hidup yg layak. Mencari nafkah dengan jalan halal demi kebahagiaan sang ibu, karena tangisan sang ibu bagai bara api yg panas yg siap meledak saat ada orang yg menghina ibu mereka.
Saat indah pernikahan anak pertama yg tak putus2 mreka haturkan rasa syukur kepada Allah SWT karena rezeki & berkah dari-NYA mereka masih terus bertahan hingga saat ini. Dengan perjuangan panjang berjualan kecil2an dan banyak lainnya usaha yg halal agar semua kebutuhan terpenuhi dengan hasil yg mereka dapat dibagi dengan ibu dan keempat anak_a itu. Saat senang anak2 slalu jadikan moment terindah buat ibu mereka, namun saat sedih hanya mereka yg punya tak mau menambah beban sang ibu yg sudah terlalu banyak menanggung semua_a sendirian tanpa ada yg membantu meringankan_a. Sang ibu selalu menasehati anak2_a agar slalu membagi saat sedikit dan banyak dan slalu bersyukur kepada Allah SWT atas rezeki yg diberikan_a untuk mereka kapanpun itu. Nasehat yg tak akan lekang hinga akhir zaman karena kunci hidup itu slalu beribadah kepada-NYA pemilik alam semesta tak ada yg lain.
Anak2 sholeh & sholeha itu selalu mendo’akan sang ibu terus sehat, banyak rezeki walau terkadang susah, selalu sabar serta ikhlas. Karena apa2 yg datang pasti akan pergi, kehilangan2 yg telah terjadi atau bahkan akan terjadi harus slalu di ambil hikmah_a dan berfikir positif karna Allah SWT yg punya, bersedih boleh namun cukup sekedar, do’akan saat di akhirat kelak dapat tersambung kembali dalam ikatan yg sama dan tak lekang selama2_a.
Insya Allah…. Aamiin Ya Rabbal Alamin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar